Penelitian terakhir Stephen Hawking ungkap tentang Dunia Paralel



Sebelum Prof Stephen Hawking meninggal dunia, ia telah melakukan penelitian tentang multiverse bersama Thomas Hertog seorang Physicist di Catholic University of Leuven yang telah dipublikasikan di Journal of High Energy Physics.

Makalah penelitian ini sendiri telah di submitted 10 hari sebelum Fisikiawan asal Inggris ini menghembuskan nafas terakhirnya.
Makalah terakhir dari Prof Hawking ini merupakan hasil  kerja selama 20 tahun bersama Prof Hertog.

Makalah ini telah memberikan solusi baru dalam hal perhitungan matematika untuk mempelajari esoteric of physics yang disebut dengan string theory.
Teknik ini telah memberikan pandangan yang baru bagi para peneliti dalam melihat teori fisika. Bisa dikatakan hasil kerja Hartle-Hawking ini telah merapihkan pandangan yang kacau tentang multiuniverse.

Dalam makalah penelitiannya tersebut Stephen Hawking menunjukkan kemungkinan adanya Alam semesta lain yang menyerupai alam semesta kita. 

Parallel Universe ??


Teori yang diungkap oleh Hawking ini seperti menyelesaikan  cosmic paradox dari kebanyakan fisikiawan selama ini.  Selain itu, teori dari Hawking ini membawa bukti baru tentang parallel universe alias dunia paralel.
Pada tahun 1980an, Scientist dari Cambridge bersama US physicist Jame Hartle mengembangkan ide tentang bagaimana alam semesat ini terbentuk.

Einstein dengan teorinya memperkirakan bahwa alam semesta ini terbentuk sekitar 14 miliar tahun yang lalu. Tetapi dalam teorinya Einstein tidak mengungkapkan bagaimana terbentuknya alam semesta ini.
Di sisi lain Hartle-Hawking menggunakan teori yang berbeda dengan Einstein yaitu teori quantum mechanics untuk menjelaskan bagaimana alam semesta muncul dari suatu ketiadaan.

Ide dari teori ini adalah segala hal dibentuk dari hal sebelumnya secara terus menerus tanpa ujung. Artinya ketika Big bang terjadi maka terbentuklah lebih dari satu alam semesta dengan endless supply.
Menurut teori dari Hartle-Hawking ini maka ada kemungkina bahwa alam semesta lainnya memiliki kemiripan dengan alas semesta kita, memiliki planet seperti Bumi, bahkan memilki individu yang sama dengan yang ada di Bumi sekarang ini.

Alam semesta yang mirip dengan alam semesta kita ini mungkin memiliki perkembangan peradaban  yang berbeda, seperti  di alam semesta lain mungkin Dinosaurus tidak punah seperti di Bumi kita atau mungkin di sana Amerika bukan lah negara adidaya.
Selain itu, terdapat  kemungkinan  adanya alam semesta yang sangat berbeda dengan alam semesta kita. Mungkin di alam semesta tersebut tidak terdapat planet seperti bumi, tidak memilki bintang dan galaksi, atau bahkan memilki hukum fisika yang berbeda dengan alam semesta kita ini.

Terdengar konyol memang, akan tetapi menurut teori Hartle-Hawking hal konyol ini sangat dimungkinkan terjadi.

Mungkinkah Mendeteksi Alam Semesta Lain ??


Dengan adanya teori ini maka pertanyaan tentang alam semesta lain pun semakin beragam. Karena, dengan adanya jumlah alam semesta yang tak terhitung jumhlahnya dengan hukum fisika yang berbeda pula dari alam semesta kita, maka kita belum dapat memprediksi alam semsta seperti apa yang ada selain alam semesta kita.
Hal inilah yang menarik bagi Prof Hawking maupun Prof Thomas Hertog. Walaupun menurut teori mereka multiuniverse terjadi secara random dan masih sulit untuk mengungkap informasi tentang multiuniverse, mereka saat itu tak mau menyerah mengungkapkan rahasia yang ada dalam alam semesta ini. 

Menurut Prof Hertog, teori-teori fisika yang selama ini kita kenal tidak lah eksis selamanya. Teori-teori ini akan terkristalisasi ketika alam semesta ini semakin mengembang dan semakin dingin. 

Dengan mempelajari hal ini maka kita akan semakin mengerti asal dari teori-terori fisika yang selam ini kita kenal, bagaimana teori ini muncul, berkembang, dan apakah teori-teori  ini unik.

Hal yang paling menarik dari teori ini adalah kemungkinan kita dapat mendeteksi alam semesta lain dengan mempelajari radiasi gelombang mikro yang tersisa dari Big Bang.


Referensi:
https://www.bbc.com
https://www.theguardian.com
en.Wikipedia.org

No comments

Powered by Blogger.