Mereka yang Berprestasi dalam Diam
Sosok Pahlawan bagi Indonesia adalah mereka yang berjuang demi membuat Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.
Ada Pahlawan yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia, ada Pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ada Pahlawan yang berprestasi dalam bidang olahraga, sains, teknologi, fasion, dan berbagai bidang lainnya yang membuat nama Indonesia harum di mata Internasional.
Tapi ada pula pahlawan yang tidak banyak tersorot oleh media Internasional bahkan Nasional. Mereka berjuang dalam diam.
Mereka tidak mendapatkan banyak apresiasi kala
berhasil mengukir prestasi. Tak ada kalungan medali dan hanya sesekali masuk
TV.
Ketika orang banyak mengenal mereka dalam satu
hari mungkin mereka sudah dilupakan keesokan harinya. Mereka tidak ingin sama
dengan kebanyakan orang yang acuh terhadap lingkungannya sendiri yang malah
mengolok tanpa memberi solusi yang memaki tanpa peduli.
Mereka ini adalah yang mau berjuang agar negara
kita berkembang tidak diam dalam kesengsaraan.
1. Mbah Sadiman
Mbah Sadiman adalah sosok pahlawan yang berhasil
membuat bukit Gendol dan Ampyangan di kabubaten Wonogiri menjadi jantung
kehidupan di daerahnya.
Area yang sempat mengalami kebakaran hutan
tersebut banyak ditanami pohon pinus yang tidak banyak membantu dalam mengikat
air. Akibatnya banir kerap datang saat musim hujan dan kesulitan air terjadi
saat musim kemarau.
Berawal dari keresahaanya tersebut ia mulai
menanam pohon beringin sejak 1996 untuk meningkatkan jumlah air tanah di
daerahnya. Ia melakukannya sendirian dengan uang pribadinya. Pertentangan
datang silih berganti bahkan ia sempat dianggap gila karena bekerja untuk hal
yang orang lain aggap tidak berguna.
Hasilnya, kini lebih dari 500 keluarga merasakan
air dari mata air kaki bukit berkat kerja keras Mbah Sadirman yang tak kenal
lelah untuk membuat perubahanya nyata.
"Saya tak pernah berpikir untuk bisa memetik hasil kerja
saya ini. Bahkan ketika nanti saya sudah tiada, saya juga tak ingin diperlakukan
berlebihan. Saya hanya ingin berbuat kebaikan bagi sesama selama saya masih
bisa”
-Mbah Sadiman-
Menjaga perbatasan negara adalah salah satu
tugas penting dari para prajurit TNI. Jauh dari keluarga, komunikasi yang
sulit, dan makanan seadanya adalah hal yang harus mereka hadapi selama berada
di daerah perbatasan.
Terkadang nyawa pun menjadi taruhan mereka saat
menjaga daerah Indonesia dari ancaman bahaya. Semua mereka lakukan untuk
kebanggan dan kedaulatan Negara tercinta Indonesia.
Perjuangan yang tak kenal lelah walau jauh dari
rasa nyaman.
3. Saur Marlina Manurung
Ia pergi ke daerah-daerah terpencil untuk
mengajar baca, tulis, dan hitung agar mereka yang tak pernah mengalami
pendidikan formal ini dapat berkembang.
Ketimpangan pendidikan di Indonesia memang sudah
ada sejak Indonesia belum merdeka. Mereka yang memiliki uang akan lebih
berpeluang untuk merasakan pendidikan.
Perjuangan Butet ini sempat diangkat kedalam
layar lebar dengan judul Sakola Rimba pada tahun 2013 dan berhasil menjadi Film
Terbaik Piala Maya 2013.
Butet merasa pendidikan di Indonesia masih harus
dibenahi. Kita tidak bisa menyamakan standar pendidikan di perkotaan dengan
standar pendidikan di pedesaan. Ia ingin pendidikan di pedalaman adalah
pendidikan yag disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.
4. Mbah Sadiyo
Tak banyak sebenarnya ia bisa dapatkan dalam
satu minggu sebagai pemulung namun ia tetap mau berjuang untuk memperbaiki
jalanan berlubang yang mengganggu banyak pengguna jalan.
Salah satu aksinya adalah ketika menambal
jalanan sepanjang 5 kilometer dari Gondang ke Banaran. Ketika itu ia
membutuhkan waktu 3 bulan untuk menutupi semua lubang besar yang muncul di
jalanan tersebut.
Kenapa ia mau bersusah payah menambal jalan bahakn dengan
uang pribadinya?
"Saya niatkan untuk ibadah” kata Mbah
Sadiyo
5. Jamiin
Pria asal Jombang, Jawa Timur ini sudah merawat
lebih dari seribu pengidap gangguan jiwa walaupun ia bukan Dokter dan bahkan
tidak memiliki latar belakangan pendididkan formil di bidang kesehatan. Ia
adalah mantan buruh bangunan yang tergerak untuk membantu orang-orang yang
mengalami keterbelakangan mental.
Jamiin membangun Yayasan Penuh Warna dan panti
Griya Cinta Kasih untuk membina mereka yang mengalami gangguan jiwa.
Jamiin memulai gerakannya ini bersama 40 orang
rekannya yang berasal dari berbagai macam profesi. Namun, karena jumlah binaan
yang semakin banyak dan menyebabkan butuhnya biaya yang lebih tinggi
mengakibatkan rekan-rekannya ini menyerah dan menyisakan Jamiin seorang untuk
mengurusi Yayasan yang telah mereka bangun.
Ketulusan Jamiin dalam membantu sesama ini
berhasil mempertahankan Yayasan dan Panti yang telah ia bangun dan berhasil
membantu banyak jiwa.Referensi:
https://news.detik.com
https://www.rmol.co
https://news.detik.com
https://ublik.id
https://lifestyle.okezone.com
https://id.wikipedia.org
Leave a Comment